Apakah Ini Yang Di Namakan Cinta ?
Hujan mulai menampakkan dirinya di depanku. Aku terjebak tidak bisa pulang melepas lelah setelah seharian beraktivitas di sekolah. Ingin rasanya aku berlari menerobos hujan. Tapi, dengan seragam putih abu dan seluruh isi tas, menjadi faktor terkuat untuk mengurungkan niatku. Dan di sinilah aku, berdiri sendiri di pelataran toko menanti tangisan sang awan mulai reda.
Hujan mulai menampakkan dirinya di depanku. Aku terjebak tidak bisa pulang melepas lelah setelah seharian beraktivitas di sekolah. Ingin rasanya aku berlari menerobos hujan. Tapi, dengan seragam putih abu dan seluruh isi tas, menjadi faktor terkuat untuk mengurungkan niatku. Dan di sinilah aku, berdiri sendiri di pelataran toko menanti tangisan sang awan mulai reda.
Memang hujan
tidak pernah meminta izin untuk menampakkan diri di muka bumi. Selalu saat aku
tak sedia payung ia malah turun, saat aku sedia payung tak ada sedikitpun tanda
kehadirannya. Sama seperti cinta, datang tiba-tiba bahkan saat kita tak
berharap kehadirannya. Cinta kini sedang mengunjungiku. Akhir-akhir ini ada
seseorang yang membuat jantungku berdegup cepat saat dia menyebut namaku.
Rasanya mata ini tak pernah lelah merekam setiap gerak-geriknya, dan ruang di
otak ini tak pernah penuh menyimpan setiap kata yang dia ucap.
Sebuah
penantian yang dipenuhi oleh bayang-bayang ilusi, tiba-tiba aku melihat sesosok
pria yang bisa di bilang memiliki postur tubuh yang gagah dan tinggi, memakai
seragam putih abu berlari menerobos hujan ke arahku.
Kini dia berdiri tepat di sebelahku dengan tubuhnya yang basah. Aku mengenalinya, sangat mengenalinya. Dia teman kelasku, Kevin namanya. Pria pemilik mata indah yang kini sedang memenuhi setiap sudut otakku.
“Kmu kok basah gitu, kamu dari mana?” tanyaku.
“Iya nih, tadinya mau ketemu nella, tapi pas udah nyampe sana dianya baru whatsapp kalau dia udah pulang”.
Kini dia berdiri tepat di sebelahku dengan tubuhnya yang basah. Aku mengenalinya, sangat mengenalinya. Dia teman kelasku, Kevin namanya. Pria pemilik mata indah yang kini sedang memenuhi setiap sudut otakku.
“Kmu kok basah gitu, kamu dari mana?” tanyaku.
“Iya nih, tadinya mau ketemu nella, tapi pas udah nyampe sana dianya baru whatsapp kalau dia udah pulang”.
Aku secepatnya
sadar kalau dia tak sendiri, sebelum beberapa detik yang lalu aku
membayangkannya. Namaku tak mungkin terukir dalam hatinya, ada orang lain di
sana. Di depannya aku selalu tersenyum setiap mendengar cerita betapa bahagia
dia habiskan hari dengan kekasihnya, dan di depannya aku akan selalu siap
dengan seribu solusi setiap mendengar cerita bahwa hubungannya sedang dalam
masalah. Apakah cinta salah memilih orang? Sepertinya tidak, karena tak ada
yang salah dalam cinta.
Di luar hujan
semakin deras, udara pun semakin menusuk tulang. kelihatanya dia kedinginan,
pakaian yang basah kuyup membuat dia
semakin kedinginan. Aku membuka jaket ku, meski tidak muat dengannya,
setidaknya jaket ini bisa sedikit menghangatkan tubuhnya.
“Pakaian kamu masih basah tuh, kayaknya kamu lebih membutukan jaket ini dari pada aku,” Dia mengambil jaketku, tapi tidak di pakainy, melainkan memakaikannya kembali pada tubuhku yang juga merasa kedinginan di tambah lagi dengan tanggannya yang tiba- tiba berada di tubuhku sehingga membuat sengatan listrik di sekitar tubuhku .
Dia mengatakan “Kamu ga boleh ya buka jaketnya, entar kamu kedinginan.”
“Pakaian kamu masih basah tuh, kayaknya kamu lebih membutukan jaket ini dari pada aku,” Dia mengambil jaketku, tapi tidak di pakainy, melainkan memakaikannya kembali pada tubuhku yang juga merasa kedinginan di tambah lagi dengan tanggannya yang tiba- tiba berada di tubuhku sehingga membuat sengatan listrik di sekitar tubuhku .
Dia mengatakan “Kamu ga boleh ya buka jaketnya, entar kamu kedinginan.”
Dia
menggenggam tanganku, dan mengosok – gosokkan tanganku. Terus dia ulangi,
sampai terasa hangat di tangan. Genggaman tangannya tak lepas, dia malah
semakin erat menggenggam tanganku. Rasanya aku ingin agar waktu berhenti saat
itu juga. Sampai tiba-tiba kilat menyambar, aku kaget. Tanpa sengaja, aku
bersembunyi di balik dadanya. Tak ku sangka, dia memelukku. Dia mengusap
rambutku. Dia tertawa kecil, sambil berkata “Tenang, aku ada bersama kamu.” Aku
kaget dan terpesona ketika mendengar dan melihat lansung perkataan yang dia
lontarkan padaku. Tak ingin dia merasakan betapa kerasnya jantungku berdegup.
Rasa ini semakin menjadi, aku tak bisa melepaskannya, apa lagi berpaling kepada
yang lain , dan aku malah semakin terjerumus. Perhatiannya menjadi candu
buatku. Sapaan ringannya membuat jantungku berdebar kencang, senyuman indahnya
membuat duniaku semakin berimajinasi tentangnya .Bahkan hingga saat ini, aku
masih terus memikirkannya, dan bertanya pada diriku sendiri sedang apa, dengan
siapa, dan di mana kah dia berada saat ini, sungguh frustasi ku di buatnya, aku
semakin terobsesi dengannnya, sampai akhirnya aku sendiri lah yang
mengungkapkan perasaan ku kepadanya di belakang sekolah, dan dia dengan
perasaan yang sama mengungkapkan isi hatinya, ternyata dia telah menyukaiku
sejak lamah, hanya aku saja yang terlalu pesimis untuk beranggapan kalau dia
menyukaiku. Akhirnya kita berdua memutuskan untuk memperjelas hubungan kita
dalam tahap pertama yaitu menjadi sepasang kekasih. #sabtulis
Komentar
Posting Komentar