“ Kenali Aku dari Ceritaku”
Aku anak terakhir dari tiga bersaudara.Aku
di lahirkan dan di besarkan dengan kondisi keuangan keluarga yang terbilang
cukup baik pada saat itu. Aku memang berbeda dari kedua saudaraku yang lain,
mungkin karena aku seorang anak perempuan dan ke dua saudaraku seorang anak
laki – laki. Jarak dari umur kami terbilang
cukup jauh berkisar sebelas dan tujuh tahun. Karena aku anak perempuan tunggal,
aku selalu di anggap sebagai anak yang cengeng dan lemah. Dari situlah aku
mulai di bentuk untuk pertama kalinya. Memang kanyataanya, telah banyak yang beranggapan bahwa anak terakhir
adalah anak yang paling di sayang. memang
aku menyadari akan hal tersebut, karena
mungkin aku sering di ajak berpergian bersama kedua orang tuaku. Tetapi saudaraku
yang sulung sering merasakan ketidak adilan karena hanya akulah yang sering di ajak berpergian.
“Apaan sih. Lagi-lagi yang di ajak febri” kata Peter saudara sulungku.
Ia akhirnya
beranjak pergi dengan mimik muka yang tidak bersahabat. Ia melontarkan kata –
kata tersebut di saat aku dengan kedua orangtuaku berada di depan matanya. Sebenarnya itu hal
yang wajar, ia merasakan hal tersebut karena memang tidak selalu di ajak
berpergian mengingat waktu itu, mereka
masih duduk di bangku sekolah sedangkan aku hanyalah si anak perempuan kecil yang masih polos bagaikan kertas putih tanpa
coretan tinta.
Seiring berjalannya waktu, aku telah duduk
di bangku sekolah dasar dan mulai memiliki banyak, teman mengingat dulu jarang memiliki
kesempatan buat bermain dan bercanda tawa dengan teman sebayaku, karena aku
sering di bawah berpergian dan hanya berada di bawah atap rumah. Tetapi, di sekolah
aku mulai merasakan sesuatu yang berbeda, di mana aku mulai memiliki teman baru yang bisa di ajak bercanda dan bermain bersama.
Mulai dari situlah aku mulai merasakan hal- hal yang juga di rasakan teman –
teman sebayaku.
Beberapa tahun telah berlalu kini, aku
duduk di bangku Sekolah menengah atas. Sesungguhnya ada beberapa hal yang
mengganggu pikiranku sejak itu. Aku
hanya banyak menyendiri tidak seperti waktu aku duduk di bangku sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama. Melihat sekelilingku banyak teman sebayaku, yang
tidak begitu simpatik kepadaku. Mereka beranggapan bahwa aku anak yang sombong,
angkuh, dan suka memilih seoseorang yang bisa di anggap oleh aku sebagai seorang
teman. Terkadang aku sering termenung,
melihat kembali apa yang telah aku lakukan sehingga mereka beranggapan seperti
itu. Kesedihan yang terpancar dari mukaku memang selalu nyata, ketika mengingat
akan opini yang di berikan oleh orang – orang seperti mereka yang tidak tahu
apa – apa tentang diriku. Dalam diam dan air mata aku bertanya, “Apa yang harus
ku perbuat, tiada tempat yang bisa aku curahkan saat ini “ kataku dengan mukaku
yang lesu. Aku mencoba memberanikan diri, untuk bertanya pada salah satu teman
yang aku anggap bisa di percaya sejak masih duduk di bangku sekolah menegah
pertama sampai sekarang ini, memang tidak begitu dekat semenjak masuk SMA tapi
setidaknya dia lah satu – satunya orang yang aku percaya.
“ Lis, kenapa
sih mereka pada menjauh gitu?” tanyaku agak sedikit mendesak.
“ Maksud kamu,
mereka siapa?” jawab lisa.
“ Teman – teman
kelas kita lis. Mereka pada kenapa yah? Aku dengar banyak yang menganggap kalau
aku itu sombong” .
“Yaelahhh.
gitu doang si.. kan masih ada aku, biarin aja mereka mau ngomong seperti apa”
jawab lisa seolah meyakin kan ku.
“ Makasih yah
lis, kamu memang ga pernah berubah”Kataku.
Beberapa hari kemudian aku mulai
menceritakan segala sesuatunya yang aku alami kepada lisa, begitu pun juga
dengannya. Kita jadi sering jalan bersama. Dan aku demi sedikit, mulai mencoba
mengajak teman – teman kelasku untuk bertukar pikiran, membuat suatu kegiatan
yang mungkin bisa mendekatkan aku dengan mereka, dan aku menginginkan mereka
tahu dan menghargai orang di sekitar mereka. Kenapa aku memiliki rencana
seperti itu? ya. Karena mereka juga pun sama asik dan sibuk sendiri, sehingga
tidak pernah mau tahu tentang orang lain, dan menilai akan segala sesuatunya
dari luar nya saja dan teman – teman kelasku mulai percaya dan senang denganku.
Sebulan kemudian, aku merasakan perubahan
dari lisa, yang semakin menjauh dan aku sendiri pun tidak tahu akan hal itu.
Aku Menghampiri dan berusaha mengajaknya berbicara mengenai ia akhir – akhir ini.
Akan tetapi ia tidak menanggapi hal tersebut. Aku akhrinya pun memutuskan tidak menganggu ia
dulu, dan membiarkan dia seorang diri.
“kringggg kringgggggggg kringgg “
bunyi lonceng pertanda istrihat. Lisa duduk di sudut kelas. aku mengajaknya
untuk ke kantin tetapi dia menggelengkan kepalanya seolah tidak mau ikut
denganku. Sesampainya di kantin aku melihat lisa dengan teman kelasku, “Ternyata
lisa ke kantin” kataku dengan bingung. kenapa tadi waktu aku ajak dia ke kantin
tetapi dia tidak mau, aku memiliki firasat yang tidak baik untuk kejadian hari
ini. lalu aku biarkan saja.
Keesokan harinya, aku mendapatkan berita yang tidak bagus di cerna indra pendengaranku. Teman – teman kelasku mengatakan bahwa lisa mengomentariku. Aku pun terkejut mendengar pernyataan lisa dari temanku dedi, mengenai aku yang berkata buruk tentang teman – teman kelas. Padahal aku tidak pernah membicaran hal – hal yang buruk seperti itu. Aku hanya menceritakan apa yang aku rasa saat teman – teman kelas memberikan opini tentang aku yang sudah aku lupakan saat itu juga. Perasaan tidak karuan yang aku rasakan, kenapa di saat semua orang tahu kebenaran tentang aku, ada satu orang yang berusaha mencoba mecoreng kebenaran itu padahal kebenaran itu muncul atas dirinya juga. Mungkin lisa merasa aku sudah tidak mempedulikannya, meninggalkannya lalu sibuk bersama teman – teman lainnya. Padahal itu juga karena kebetulan aku adalah anggota dari beberapa kegiatan di sekolah.
Sejak saat kita berpisah kelas, aku
sudah jarang bertemu lisa. Kita benar – benar sudah saling menjauh sampai saat
ini pun, masih tidak ada kabar darinya mau pun dariku. Aku hanya bisa mendoakan
yang terbaik buat siapa pun yang aku kenal, buat mereka yang membenciku, dan
buat mereka yang memberikan sebuah opini tentang diriku. Bahkan dengan adanya
hal tersebut aku sekarang menjadi pribadi yang lebih sabar, dan kuat. itulah
diriku. Aku adalah orang yang gampang nyaman sama seseorang dan aku pun siap
menumpahkan segala sesuatunya dengan orang tersebut, namun ada masa ketika aku selalu
di kecewain dan itu membuat aku merasa sangat terguncang .Tetapi sekarang
semuanya telah ku putuskan untuk menjalani semuanya sendiri dan membuatku tidak
mudah mempercayai seseorang. #Sabtulis
Komentar
Posting Komentar